Senin, 11 Oktober 2021

Sampah dan Umar

 Ketika Umar masih mengaji di salah satu mushola yang ada di dekat rumah, saya kerap mengantar dan menjemput Umar dikarenakan mushola itu terdapat di gang seberang dan saat itu Umar usianya masih sekitar 4-5 tahun. 


Gang tersebut bisa dibilang gang yang padat penduduk. Jarak antara rumah di sebelah kanan dan kiri terkadang hanya dibatasi oleh tembok yang digunakan bersama (bukan double dinding). Pun jarak antara rumah yang terletak berhadapan tidak ada sampai 3 meter, mungkin sekitar 2 meter (hanya muat untuk motor berpapasan, itupun salah satu harus mengalah). Jarang terlihat warga yang memiliki tempat sampah di depan rumahnya, biasanya sampah rumah tangga yang ada dimasukan ke dalam plastik dan dibuang ke pembuangan sampah yang ada di setiap kelurahan masing-masing.


Suatu hari, turun hujan lebat, dan dengan semangat membara saya memaksakan diri agar Umar tetap datang mengaji. Prinsip saya, selama bukan sakit, sekolah harus tetap jalan. Saya jalan sembari menggandeng Umar melewati rumah warga yang ada. Umar kecil yang masih polos dan sudah dibiasakan untuk membuang sampah di tempat sampah pun menemui sebuah realita yang membuat dia bertanya-tanya.


Di saat hujan turun dengan sangat deras, aliran air di dalam got yang mengalir di depan rumah wargapun juga menjadi mengalir dengan deras, di saat itulah warga dengan sigap membuang sampah-sampah rumah tangga yang mereka punya. Tidak hanya 1 orang, tapi ada sampai 3-4 orang melakukan hal yang sama. 


Umar menyeletuk "ummi, kok mereka buang sampah ke got?", "Ummi, mereka gak punya tempat sampah ya, kita beliin ummi", di depan wajah pelakunya. Saya hanya berharap suara hujan menutupi suara Umar kecil yang penuh dengan rasa ingin tahu itu. Kemudian sekitar 1 tahun setelahnya, saya menyadari kenyataan bahwa tidak semua orang memiliki keleluasaan rezeki, waktu dan tenaga untuk sekedar bisa mengelola sampah rumah tangganya. Entah tidak bisa membayar tenaga petugas kebersihan atau membeli tempat sampah, tidak memiliki waktu untuk membuang sampah ke tempat pembuangan setiap hari, atau tidak memiliki tenaga untuk datang ke tempat pembuangan karena jaraknya yang jauh dari rumah masing-masing (fyi, membuang sampah ke tempat pembuangan, selama itu sampah rumah tangga sifatnya gratis, bisa berkantong-kantong, nanti sampahnya akan langsung diangkut oleh truk-truk sampah) . 


Jadi selama fakta ini masih banyak terjadi di dalam masyarakat, dengan edukasi sebanyak apapun, jika kondisinya memang tidak memungkinkan dan tanpa adanya kemauan keras, maka fenomena sampah menumpuk di kali dan sungai, mau dibersihkan serutin apapun oleh dinas setempat, maka akan selalu ada sampah di kali dan sungai. Sedih. Semoga kita semua bisa menjadi bagian dari solusi permasalahan sampah ini dan bisa memberikan lingkungan yang lebih sehat dan layak huni untuk anak cucu keturunan kita kelak. Amin yra



Kamis, 10 Oktober 2019

Tempat Sampah Baru

Hari ini ingin nulis tentang sampah-sampah hati dari tetangga sebelah yang kebetulan lewat.

tentang pernikahan.. ada orang yang bilang nikah itu enaknya cuma 5%, sisanya 95% itu enak banget. mungkin benar, mungkin tidak. tergantung persepsi orang yang menjalani. tapi setelah bertahun-tahun menjalani, pasti akan ada masanya dimana pernikahan terasa berat. terlebih di saat media sosial bertebaran seperti saat ini.

ada masa di mana, suami terkesan cuek di rumah, malas di rumah, enggan membantu urusan rumah, bahkan sekedar menengok ke arah anaknya ketika sang anak sedang bertingkah lucu pun sulit, karena matanya terpukau pada handphone dan teman-teman di media sosialnya. sibuk menyapa teman-temannya, terlebih teman-teman perempuannya, yang sebenarnya jika dipikir dengan akal sehat, sangat tidak pantas. istilah anak mudanya, sudah punya anak istri, tapi masih suka tepe-tepe (tebar pesona - tebar pesona). sungguh menjijikkan. dan agar tidak ketahuan oleh sang istri, ia lakukan di media sosial yang jarang diakses oleh istrinya.

ada masa di mana, suami belanja sangat banyak untuk hobinya sendiri, tapi kemudian sangat pelit untuk kebutuhan makan anak dan istrinya. bilang istrinya jangan boros, ketika memberikan uang yang tidak seberapa untuk makan 3 kali sehari 3 orang anaknya dan istrinya. bukan istrinya tidak bersyukur, namun istrinya tentu sudah berhitung berapa besar pengeluaran untuk anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang, belum lagi porsi makan suami yang juga tidak sedikit.

dan ketika istri berbelanja dengan akun suami, betapa marah suaminya. padahal jika istrinya yang meminta dibelikan, tidak langsung dibelikan, padahal apa yang istri minta itu adalah kebutuhan yang penting dan mendesak. terkadang suami tidak mengetahui itu.

dan akan ada banyak lagi percikan ketidakcocokan antara suami istri yang terkadang tidak menyenangkan, namun hanya disimpan dalam rumah tangga itu sendiri. walau terkadang ada juga yang tidak dapat menahan dan akhirnya dikeluarkan dan naasnya diketahui banyak orang, dan akhirnya menjadi bahan perbincangan.

jadi masih berpikir rumah tangga akan selalu enak dan enak banget?
apakah konsultasi kepada orang yang lebih paham atau sekedar bisa mendengar tanpa memberikan penilaian itu diperlukan?

sudah seperlu itukah konsultan pernikahan, psikolog untuk turut ambil peran untuk keberhasilan suatu rumah tangga?

perlukah ada profesi baru yang berperan sebagai tempat sampah pernikahan?

Jumat, 02 Agustus 2019

Kekuatan Istigfar, pengalaman pribadi yang akan selalu dikenang



Pada suatu malam, seperti biasa itu adalah hari di mana almarhum bapak mertua (semoga Allah senantiasa memberikan kelapangan kubur kepada Papa, semoga Allah permudah hisabnya dan diterima amal-ibadanya dan dimasukkan ke dalam Jannah bersama orang-orang yang beriman dan bertakwa, amin) ceramah di masjid. Papa memang biasa memberikan ceramah di masjid setiap hari Rabu. Bagi saya hal itu adalah hal yang biasa, tapi sekarang, saya baru sadari bahwa hal yang biasa itu adalah hal yang istimewa, mengingat bahwa ternyata tidak banyak orang berilmu yang mau berbagi ilmunya karena merasa sudah terlalu banyak disibukan dengan urusan dunia. Salah satunya mungkin adalah saya sendiri, di mana sebenarnya secara moral saya memiliki tanggung jawab keilmuan yang bisa saya bagi kepada orang-orang di sekitar saya.


Sebelum beranjak kepada inti dari tulisan ini, saya ingin berbagi sebuah hikmah yang baru saya sadar setelah Papa berpulang. Papa memiliki kebiasaan untuk membaca buku atau kitab setiap pagi, atau jika sedang tidak bisa membaca Papa biasa mendengarkan ceramah baik melalui radio ataupun youtube. Dan saya sendiri paham, bahwa itu adalah salah satu bentuk cara kita untuk selalu menunaikan kewajiban kita sebagai manusia, untuk selalu menuntut ilmu. Dan membaca juga saya yakini sebagai bentuk rutinitas yang selalu dilakukan oleh mereka-mereka yang sukses. Semoga kita bisa mengambil contoh dari orang-orang tersebut dan bisa selalu menjadi pribadi yang lebih baik. Amin


Kembali kepada peristiwa ketika Papa ceramah kala itu. Banyak hal yang baru saya pelajari dari ceramah Papa, dan tidak pernah saya pelajari ketika saya sekolah ataupun diajarkan oleh guru mengaji saya. Dan hal yang kala itu sangat memberikan dampak kepada saya adalah ketika Papa ceramah tentang kekuatan istigfar. Istigfar bisa memberikan jalan keluar kepada tiap masalah yang kita punya dan juga bisa menjadi pembuka jalan pintu rezeki kita. Itu adalah inti ceramah Papa kala itu. Dan MasyaAllah, ketika saya dilanda salah satu masalah besar dalam hidup saya kala itu, Allah berikan jalan keluar melalui fadilah saya mengamalkan dan memperbanyak istigfar.


Ketika saya memutuskan untuk berhenti sebagai PNS, orang tua sangat menentang, dan ketika saya tidak tahu apa lagi yang harus diperbuat untuk melembutkan hati kedua orang tua saya, yang saya lakukan adalah mengadu kepada Allah, dan saya amalkan perbanyak istigfar dalam setiap sholat saya dan juga di waktu-waktu senggang saya. Alhamdulillah, seiring berjalan waktu dan melihat perkembangan positif pada anak-anak saya yang lebih merasakan kehadiran saya, orang tua akhirnya berkata “Ibu meski sempet sedih kamu keluar, tapi senang karena ngeliat anak-anak deket sama kamu, sampe gak mau lepas sama kamu. Alhamdulillah anak-anak sehat dan pinter-pinter”. Alhamdulillah, MasyaAllah, Tabarakallah.


Pun ketika saya nekad memberangkatkan kedua orang tua saya selepas saya berhenti sebagai PNS untuk umroh di bulan Ramadhan. Saya nekad meminjam uang dan harus mengembalikan dalam beberapa bulan saja. Saya perbanyak istigfar dan memohon bantuan kepada Allah untuk memberikan jalan keluar. Alhamdulillah ketika itu saya baru tersadar bahwa ada taspen yang belum saya ambil dan juga bisnis dapat berjalan dengan hasil yang sesuai harapan.


“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS. Al-Insyirah: 5)


“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 6)


Itu adalah sedikit peristiwa yang bisa saya bagikan kepada teman-teman sekalian, semoga bisa membawa manfaat. Terima kasih sudah membaca tulisan saya kali ini 😊

Senin, 01 April 2019

Tempat Makan Enak di Seputaran Matraman dan Rawamangun

Halooooooo :D

Beberapa minggu terakhir ini, suami saya, Alhamdulillah dengan baik hati mengajak saya untuk berkunjung ke beberapa tempat makan yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. berikut adalah review singkat dari tempat makan tersebut

Ajag Ijig Matraman


Tempatnya ada di seberang Gramedia Matraman, tempat parkir lumayan luas dan akses untuk transportasi umum terbilang tidak terlalu sulit. Tempat makan ini dilewati oleh angkutan umum 01 dan 01A jurusan Kampung Melayu - Senen, dan ada pula halte busway tidak jauh dari tempat makan ini. 

Tempat makannya suasananya cozy banget. Langit-langit ruangan tinggi, sehingga memberikan kesan nyaman dan bikin betah mereka yang hadir ke tempat ini. Tempat makannya sendiri terdiri dari 2 lantai. Lantai bawah itu untuk dapur dan tempat makan, lantai 2 ada musola dan tempat makan juga. Ada area smoking room di luar ruangan, sehingga ibu-ibu dengan buntut yang banyak, tidak usah khawatir akan kenyamanan kita dan bocils. Smoking areanya menyuguhkan pemandangan memanjakan mata, karena enak banget ngeliat ijo-ijo (aka banyak tanamannya).

Untuk menu makanan yang baru kami coba di tempat makan ini adalah nasi goreng, tempe mendoan, tahu goreng dan ketoprak. Overall makanannya rasanya enak, kecuali lontong ketopraknya yang teksturnya hampiiiiirrr mendekati bubur. Cuma buat yang mau ke tempat ini, siap-siap merogok kocek ya, karena harganya lumayan juga. Ketoprak itu sekitar 25-30k kalau tidak salah ingat. But, even tough kesannya harganya mahal, tapi emang ini tempat peweeeee banget. Pelayannya juga ramah dan yang paling enak menurut saya pada saat itu adalah musolanya, wangi dan dingin... sama kalau yang suka foto-foto cocok banget ke tempat ini. Sekedar minum es teh manis deh, sambil foto-foto, lumayan bisa buat bikin feed instagram or fb rame selama beberapa waktu, karena emang kece banget tempatnya. even di depan kamar mandi yaaa... baguusssss... 

Handayani Prima Matraman

Tempatnya masih di seputaran Matraman, teman-teman. Ini sederet dengan Ajag-Ijig. Masih di depan Gramedia Matraman. Ini tempat selalu saya bingung, kenapa selalu ramai, terutama di hari-hari libur, such as Sabtu dan Minggu. Yang parkir mobil itu bisa sampai makan badan jalan soalnya. Bukan, bukan karena tempat parkirnya itu sempit, tapi karena emang mobil yang parkir banyak banget. 

Saya datang bertiga dengan suami dan Ibrahim. Begitu masuk, kesan pertama adalah, ini tempat old school banget. Alias, emang design tata ruangnya itu restoran jaman dulu banget. Yang lagi makan pada saat kami datang adalah orang-orang yang usianya kemungkinan di atas 50 tahunan. Ya mereka adalah grup pertemanan yang langgeng menurut saya, entah dari lingkungan kerja atau dari lingkungan sekolah dulu. Waktu kami datang, sedang ada live music nya. Lumayan untuk mengatasi kebosanan Ibrahim sembari menunggu menu dimasak. Dan bagi mereka yang gemar menyalurkan hobi menyanyinya bisa ikut berpartisipasi maju dan bernyanyi.

Menu makanannya termasuk menu makanan selera nusantara. Waktu itu kami memesan nasi goreng, tahu, es teh manis dan tongseng. Pemilik restoran termasuk orang yang supel, karena beliau sempat mengajak kami untuk berbincang dan sempat menawari apakah Ibrahim mau beliau bantu jaga sembari kami makan. 

Rasa makanan yang disuguhkan menurut saya pribadi sedap dan pas. Untuk segi ukuran makanan, menurut saya yang doyan makan, lumayan mengganjal. Contohnya tongsengnya menurut saya pribadi bisa dimakan dengan 2 porsi nasi. Harga di tempat makan ini termasuk tidak terlalu mahal, walaupun tidak bisa dibilang murah juga. Menurut saya setara dengan besarnya pajak yang harus dibayarkan tempat makan ini, sama besarnya dengan jumlah gaji yang harus dibayarkan ke banyak nya karyawan dan juga sepadan dengan rasa dan pelayanannya yang ramah.

Pause Rawamangun

Kali ini menjelajah wilayah Rawamangun. Nama tempatnya Pause, terletak di Jalan Paus, saat ini pas di samping Domino. Tempatnya pas di pinggir jalan ke arah Terminal Rawamangun. Ketika diajak ke sini, saya posisi sedang puasa, jadi tidak tahu pasti rasa makanan yang disuguhkan di sini. Suami pada saat itu memesan nasi goreng, es teh manis dan kopi. Total uang yang dibelanjakan sekitar Rp. 90.000. Dari bau yang saya cium, menurut saya rasanya cukup enak, tapi berdasarkan penuturan suami saya, nasi goreng di Ajag Ijig masih lebih terasa nikmat dibandingkan di Pause ini. Harga makanan dan minuman yang ditawarkan di tempat ini, memang terbilang cukup mahal dibandingkan tempat-tempat makan yang biasa saya kunjungi. Namun hal tersebut kembali saya maklumi, dikarenakan memang lokasi tempat makan ini yang lumayan strategis, sehingga bisa dipastikan biasa sewanya pasti lumayan tinggi, kemudian pengeluaran untuk maintance dan juga pengeluaran untuk membayar pegawai. 

Tempat makan ini terdiri dari 2 lantai, lantai 1 terdapat kamar mandi perempuan dan kamar mandi laki-laki (terpisah), tempat makan non smoking dan tempat makan untuk yang merokok. Interior tempat makan ini sangat bagus (dan niat), sangat saya rekomendasikan buat para online shopper untuk foto produknya di tempat makan ini, karena sangat instagram-able. Buat yang cari co-working space, bisa mampir juga ke sini, karena tempatnya benar-benar pewe dan tiap meja ada tempat untuk mencolok listrik (kalau bawa laptop lebih dari satu, baiknya bawa kabel T sendiri). 

Lantai atas sepertinya khusus untuk disewakan, karena ketika saya ke sana, bangku-bangkunya masih ada  di atas meja (sepertinya memang sengaja), musola dan juga ada tempat wudhu, serta toilet. Musolanya sangat aman nyaman, bersih dan dingin, karena ruangan khusus dengan AC tersendiri juga. di luar musola disedikan tempat duduk sebanyak 4 buah, sehingga yang belum kebagian shaf bisa menunggu sembari duduk. 






Yah. itu dulu sebagai awalan untuk review tempat makan enak dan pewe di sekitaran Matraman dan Rawamangun. Semoga bisa bermanfaat. Dan doa saya, semoga tempat makan ini langgeng, karena memang menyenangkan bisa datang ke tempat ini (sesekali hehehe). Dukung terus para pengusaha kuliner Indonesia. Semangat enterpreneur :D

Senin, 18 Maret 2019

Celoteh Umar dan Quwa (1)

Sebenarnya sudah ada cukup banyak celoteh anak-anak yang unik dan lucu-lucu :) hanya saja karena kurangnya waktu *preeeettt* jadi jarang sekali dipublikasikan dalam bentuk yang lebih permanen tulisan tentang GREGETnya bocah-bocah ini :)

sekarang mumpung lagi di depan kompi dan ada yang lucu, mari kita dokumentasikan. hai nak kamu-kamu pada itu lucu dan lugu. Ummi mau bilang, ummi bangga sama kalian semua. Mas Umar, Kakak Quwa dan Ibrahim

saat ini waktu pulang ngaji Umar dan Quwa. ketika pulang hal yang lumrah mereka melaporkan apa yang terjadi dan biasanya berebutan. kadang ujungnya bagus, seringnya ujungnya mereka berantem sendiri, karena pengen duluan ngomong hahaha


Quwa : ummi, ini apa? (sambil nunjukin gesture tangan dibuka tutup)
Ummi : gak tahu
Quwa : depannya huruf K
Ummi : kelapa?
Quwa : bukan
Ummi : gak tahu
Quwa : Kepo
Ummi : *ebusettt* hahahahahaha...

Umar : ummi, aku tadi ada yang nendang di pengajian. nedang ini aku.
Ummi : oh iya. jangan mau lain kali kalo ada yang nendang ya

Ummi : Quwa, kamu kok ngaji rambutnya keliatan sih depannya? nanti kalo kita ada waktu, kita beli dalaman jilbab ya
Quwa : kok beli dalaman jilbab? mending beli jilbab mi
Ummi : jilbab udah banyak. itu biar gak keliatan rambutnya
Quwa : ini rambutnya aku udah panjang mi. warnanya putih (jilbabnya dipake bentuknya kaya rambut)
Umar : kalau rambutnya putih, itu tandanya udah tua Quwa
Quwa : ihhh enggak. iya kan ummi?
Umar : iya Quwa, kalau rambut putih itu namanya UBIN.
Ummi : hehhh?
Umar : eh UBAN....
Ummi sama Quwa kebagian ketawanya HAHAHAHAHAHAHA


sekian hari ini. jangan lupa kalau anak-anak pulang sekolah selalu ditanya, gimana perasaannya. senang gak di sekolah. ada apa di sekolah. ada peer apa gak. tadi main sama siapa. hehehe.. ngebiasain anak-anak selalu laporan sama kita, biar pas udah masuk masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, mereka juga terbiasa untuk selalu curhat ke orang tua, bukan ke orang lain ataupun teman yang asam garamnya kehidupan baru dia icipin secuprit doang. :D

Semoga Allah selalu mudahkan jalan saya dan suami untuk mendidik anak-anak kami. Amin
Barakallah untuk Mas Umar, Kakak Quwa dan Ibrahim. MasyaAllah Tabarakallah

Rabu, 06 Februari 2019

Memulai itu lebih mudah dibandingkan mempertahankan kebiasaan

Bismillah.. ayo harus bisa membiasakan diri disiplin, menuntaskan semua urusan, tidak menunda-nunda pekerjaan dan yang terpenting biasakan membaca Al-Qur'an setiap hari.

Bulan lalu saya memulai dengan bergabung dengan ODOJ (One Day One Juz), saya mulai di juz 30 dan sekarang masih stuk di juz 16. sudah seminggu. tanpa laporan. sedih rasanya. lebih banyak menghabiskan waktu untuk nonton kdrama. Ahhhhhhhhh...

kemarin sempat dengar juga tentang orang-orang yang hidup dari jalan dakwah. sedih rasanya dengarnya. dan akhirnya kembali diingatkan dengan prasa sebagai berikut "jangan pernah berharap pada manusia, karena hanya akan membuat kecewa. berharap manusia sesuai ekspektasi kita, berharap dia begini dan begitu, lalu ketika tidak sesuai dengan keinginan kita, maka kita mulai mempertanyakan, mulai berontak, mulai melakukan kemasiatan yang sebelumnya sudah kita tinggalkan, sebagai bentu kekecewaan kita?"

Allah, ampunilah hamba yang masih sering menaruh harap kepada manusia
Allah, mampukanlah hamba untuk selalu menjadi orang yang istiqomah dalam kebaikan dan menyerukan kepada yang baik


Jumat, 27 Juli 2018

Saya dan Quwa

Saya dan bocah bernama Arina Syadidul Quwa. Bocah 5 tahun yang selalu bikin saya senyum, kesel, kangen, marah, dan semua perasaan yang pernah ada di dunia ini.


bocah yang secara fisik gak ada mirip-miripnya dengan saya.
Saya hitam, dia putih
Saya berwajah lonjong, dia bulat
Saya berhidung alhamdulillah mancung, dia alhamdulillah proporsional
Saya dengan kecenderungan gigi yang rapi, dan dia yang cenderung bergejolak giginya
dan sekian perbedaan fisik lain yang bisa terlihat, yang sering membuat saya terlihat sebagai mbak yang ngasuh dia, dibanding sebagai ibunya


tapiiiiiii.. memang ini yang namanya darah itu lebih kental daripada air. Walau saya selalu denial, bahwa sifat saya tidak seperti Quwa yang suka ngambekan dan mood-ian, ternyata seiring berjalannya waktu, ternyata saya sadar, saya sama seperti Quwa.


Saya tidak pernah mengajari Quwa ngambek. Bahkan seinget saya pun, saya bukan anak yang suka ngambek ke orang tua saya. Orang tua saya pun tidak mengingat saya sebagai anak yang suka ngambek seperti Quwa. Tapi setelah diingat-ingat, justru sifat ngambekan ini terlihat ketika saya sudah menikah. ya, saya sering ngambek tanpa disadari ke suami saya. mulut manyun, diam tidak menjawab ketika ditanya dan semacamnya. Dan seperti layaknya teori anak itik, Quwa mungkin mempelajari perilaku saya dalam diamnya dia. coping secara sempurna


sifat Quwa yang sulit meminta maaf, sulit berterima kasih. ternyata itu sama seperti saya, yang suka gengsi minta maaf dan berterima kasih kepada orang terdekat. orang tua dan suami khususnya.


dan satu lagi, yang mungkin menular. sering mengeluh dan masih sulit merasa bersyukur.


hampir setiap hari saya selalu berkata ke Quwa "Quwa bersyukur, kalau bersyukur, rezekinya tambah banyak. Kalau sering mengeluh, nanti ada saja masalahnya"


dan pagi ini, saya berkata seperti itu kepada Quwa. ketika Quwa saya suruh untuk mengerjakan sesuatu, yang ada dia malah kejedot gagang pintu. misuh-misuh lah dia. sembari menenangkan Quwa, saya berujar kembali "Quwa, makanya jangan sering mengeluh, nanti ada aja masalahnya"


kalimat itu secara sadar mengalir ke badan saya. mengalir ke dalam diri saya. Saya pun sama seperti Quwa, saat itu dalam posisi kurang bersyukur. Merasa selalu kurang. Suami yang kebetulan dengar, karena memang saya bicara di depannya, menatap saya tajam sembari tersungging senyum di bibirnya. Dita tahu betul ucapan itu seperti saya bicara dengan diri saya di kaca. Sedih rasanya, tapi hanya tertawa lepas yang bisa saya lakukan. Tertawa sepuasnya.


dan memang yang terjadi seharian ini betul-betul membuat saya merasa, saya kurang sekali bersyukur. setelah sehari sebelumnya, saya terkena masalah terkait pekerjaan yang saya lakukan, hari ini saya harus menghadapi kenyataan bahwa ART yang sekarang sedang bekerja dengan saya, kekeuh minta pulang karena merasa bahwa dia tidak bisa melanjutkan kerja. Padahal ART ini baru bekerja selama 1 bulan dengan saya, pas 1 bulan. Sementara perjanjian kerja dia dan saya, dia akan bekerja selama 1 tahun, dan jika belum setahun dia sudah mau pulang, dia harus cari penggantinya. Tapi melihat gelagat ART ini, dia jg tidak bisa membantu saya mencarikan penggantinya. MasyaAllah.


Mood langsung drop seharian ini. Saya sedih. Saya merasa apa yang salah dengan diri saya. Bahkan ketika saya mau bicara hal ini kepada suami, suami merasa ini bukan masalah dia, karena sedari awal dia tidak setuju saya ambil ART. Meski kesal dengan tanggapan suami, saya sadar, awal dari masalah ini ya diri saya sendiri. tapi gengsi dong kalo ngakuin... ya udah mutung ajalah seharian ini.


mungkin memang rasa bersyukur saya yang kurang. hanya hiasan bibir saja yang suka bilang, bersyukur-beryukur. dan saya sadar, gimana Quwa bisa improve, jika saya saja masih terkungkung pada masalah yang ini ini saja.


baiklah, pemikiran positif saya berkata, mungkin ini memang hal yang harus saya jalani untuk bisa naik ke tangga yang lebih tinggi lagi. Bismillah. Semoga dengan ijin Allah masalah yang saya hadapi bisa terselesaikan dengan baik. Amin

Quwa, yuk bertumbuh bareng. Jadi lebih baik tentunya