Jumat, 27 Juli 2018

Saya dan Quwa

Saya dan bocah bernama Arina Syadidul Quwa. Bocah 5 tahun yang selalu bikin saya senyum, kesel, kangen, marah, dan semua perasaan yang pernah ada di dunia ini.


bocah yang secara fisik gak ada mirip-miripnya dengan saya.
Saya hitam, dia putih
Saya berwajah lonjong, dia bulat
Saya berhidung alhamdulillah mancung, dia alhamdulillah proporsional
Saya dengan kecenderungan gigi yang rapi, dan dia yang cenderung bergejolak giginya
dan sekian perbedaan fisik lain yang bisa terlihat, yang sering membuat saya terlihat sebagai mbak yang ngasuh dia, dibanding sebagai ibunya


tapiiiiiii.. memang ini yang namanya darah itu lebih kental daripada air. Walau saya selalu denial, bahwa sifat saya tidak seperti Quwa yang suka ngambekan dan mood-ian, ternyata seiring berjalannya waktu, ternyata saya sadar, saya sama seperti Quwa.


Saya tidak pernah mengajari Quwa ngambek. Bahkan seinget saya pun, saya bukan anak yang suka ngambek ke orang tua saya. Orang tua saya pun tidak mengingat saya sebagai anak yang suka ngambek seperti Quwa. Tapi setelah diingat-ingat, justru sifat ngambekan ini terlihat ketika saya sudah menikah. ya, saya sering ngambek tanpa disadari ke suami saya. mulut manyun, diam tidak menjawab ketika ditanya dan semacamnya. Dan seperti layaknya teori anak itik, Quwa mungkin mempelajari perilaku saya dalam diamnya dia. coping secara sempurna


sifat Quwa yang sulit meminta maaf, sulit berterima kasih. ternyata itu sama seperti saya, yang suka gengsi minta maaf dan berterima kasih kepada orang terdekat. orang tua dan suami khususnya.


dan satu lagi, yang mungkin menular. sering mengeluh dan masih sulit merasa bersyukur.


hampir setiap hari saya selalu berkata ke Quwa "Quwa bersyukur, kalau bersyukur, rezekinya tambah banyak. Kalau sering mengeluh, nanti ada saja masalahnya"


dan pagi ini, saya berkata seperti itu kepada Quwa. ketika Quwa saya suruh untuk mengerjakan sesuatu, yang ada dia malah kejedot gagang pintu. misuh-misuh lah dia. sembari menenangkan Quwa, saya berujar kembali "Quwa, makanya jangan sering mengeluh, nanti ada aja masalahnya"


kalimat itu secara sadar mengalir ke badan saya. mengalir ke dalam diri saya. Saya pun sama seperti Quwa, saat itu dalam posisi kurang bersyukur. Merasa selalu kurang. Suami yang kebetulan dengar, karena memang saya bicara di depannya, menatap saya tajam sembari tersungging senyum di bibirnya. Dita tahu betul ucapan itu seperti saya bicara dengan diri saya di kaca. Sedih rasanya, tapi hanya tertawa lepas yang bisa saya lakukan. Tertawa sepuasnya.


dan memang yang terjadi seharian ini betul-betul membuat saya merasa, saya kurang sekali bersyukur. setelah sehari sebelumnya, saya terkena masalah terkait pekerjaan yang saya lakukan, hari ini saya harus menghadapi kenyataan bahwa ART yang sekarang sedang bekerja dengan saya, kekeuh minta pulang karena merasa bahwa dia tidak bisa melanjutkan kerja. Padahal ART ini baru bekerja selama 1 bulan dengan saya, pas 1 bulan. Sementara perjanjian kerja dia dan saya, dia akan bekerja selama 1 tahun, dan jika belum setahun dia sudah mau pulang, dia harus cari penggantinya. Tapi melihat gelagat ART ini, dia jg tidak bisa membantu saya mencarikan penggantinya. MasyaAllah.


Mood langsung drop seharian ini. Saya sedih. Saya merasa apa yang salah dengan diri saya. Bahkan ketika saya mau bicara hal ini kepada suami, suami merasa ini bukan masalah dia, karena sedari awal dia tidak setuju saya ambil ART. Meski kesal dengan tanggapan suami, saya sadar, awal dari masalah ini ya diri saya sendiri. tapi gengsi dong kalo ngakuin... ya udah mutung ajalah seharian ini.


mungkin memang rasa bersyukur saya yang kurang. hanya hiasan bibir saja yang suka bilang, bersyukur-beryukur. dan saya sadar, gimana Quwa bisa improve, jika saya saja masih terkungkung pada masalah yang ini ini saja.


baiklah, pemikiran positif saya berkata, mungkin ini memang hal yang harus saya jalani untuk bisa naik ke tangga yang lebih tinggi lagi. Bismillah. Semoga dengan ijin Allah masalah yang saya hadapi bisa terselesaikan dengan baik. Amin

Quwa, yuk bertumbuh bareng. Jadi lebih baik tentunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar