Senin, 14 Januari 2013

HIKMAH DIBALIK REMUNERASI



Entah kenapa setiap kali saya selesai mengikuti suatu diklat, akan ada perubahan yang cukup drastis dalam rutinistas pekerjaan saya di kantor. Pertama kali ikut diklat prajabatan, saya dipindah ke urusan lain, meski masih dalam satu unit yang sama. Bahkan itu terjadi ketika saya masih dalam posisi menjalani pendidikan dan pelatihan.  Kedua kalinya adalah ketika saya selesai mengikuti diklat calon widyaiswara. Sesampainya di kantor, saya mendengar kabar, bahwa instansi tempat saya bekerja akan mengalami remunerasi pada awal tahun 2013. Yang konsekuensinya adalah harus datang lebih awal dan pulang lebih sore. 
Lalu apa masalahnya? Sewaktu saya masih belum memiliki anak, hal itu tidak menjadi masalah. Toh saya terbiasa disiplin. Datang sesuai peraturan dan pulang sesuai peraturan, meskipun yang lainnya tidak ada yang berperilaku demikian. Meskipun tidak ada kompensasi atas disiplin yang saya lakukan. Tapiiii.. menjadi masalah ketika saya akhirnya menyesuaikan diri, datang seselesainya pekerjaan di rumah dan pulang ketika mayoritas ibu-ibu sudah pulang. Saya berani melakukan hal tersebut, karena saya menyadari bahwa pekerjaan saya dalam satu hari tersebut saya pastikan sudah terselesaikan ketika saya pulang. Jadi saya pulang juga menggunakan perhitungan. Dan hampir setiap hari saya menargetkan pekerjaan apa saja yang harus selesai setiap harinya. Sekarang, sejak tanggal 2 Januari 2013, hal tersebut tidak bisa saya lakukan lagi. Tidak bisa datang jam 8 dan tidak bisa pulang jam 3. Harus absen dan harus berebutan lift serta harus lari-larian mengejar jemputan. Harus rela keluar rumah tanpa melihat Umar membuka mata. Harus iklhas ketika Umar menuntut waktu lebih dengan tidur lebih malam daripada sebelumnya. Disiplin yang mahal. Berbeda jauh dengan harapan ketika ingin menjadi PNS. Wanita enaknya jadi PNS, waktunya fleksibel. Sekarang itu hanya tagline belaka. Sedih.


Tapi jangan melihat sesuatu hanya berdasarkan ketidaknyamanan yang kita rasakan, atau yang kita persepsi sebagai derita kita. Sebenarnya saya masih lebih beruntung dibandingkan yang lain. Karena rumah Mertua ada di pusat kota, sehingga hanya butuh 20 menit saja naik ojeg pada pagi hari. Sementara orang-orang harus berkejaran dengan waktu di pagi hari, berangkat subuh dan pulang lepas magrib bagi yang bertempat tinggal di luar Jakarta. Pada point ini seharusnya saya bersyukur. Bersyukur di tengah macetnya Jakarta, rumah saya terbilang dekat dengan kantor. 

Syukur yang kedua, adalah ketika saya menyadari, ini adalah bentuk melatih disiplin pegawai. Saya masuk sebagai PNS ingin mengabdi kepada Negara. Bullshit. Tp sedikit banyak, saya mau jadi seseorang yang punya kontribusi untuk Negara, meskipun tidak akan berpengaruh banyak. Saya miris ketika masuk ke dalam instansi ini, tp dengan adanya remunerasi semoga aja budaya kerja instansi ini dapat lebih tertata. Setidaknya sudah ada keadilan sekarang, meskipun sedikit. Yang datang dan pulang sesuai jam yang berlaku pada aturan yang ada, maka akan mendapatkan kompensasi yang sesuai, meskipun tidak jelas selama jam kerja itu dia melakukan pekerjaan yang seharusnya atau tidak. 

Syukur ketiga adalah semakin banyak orang yang melaksanakan ibadah sunnah dan wajib tepat pada waktunya. Sholat dhuha menjadi sering, karena menganggap daripada waktu terbuang percuma tanpa melakukan apapun. Sholat Dzuhur jadi lebih ramai, karena berjamaah dan ditambah dengan sholat rawatib yang mengiringinnya. Begitu pula dengan sholat Ashar. Subhanallah. Jadi meskipun terasa berat, tapi saya rasa memang inilah yang terbaik untuk dilakukan pada saat ini. PR yang selanjutnya adalah bagaimana mensiasati macetnya jalan di Jakarta, agar waktu bersama keluarga tidka semakin tersita hanya karena terlalu lama menghabiskan waktu di jalan. Dan ini salah satu PR pula bagi insane perhubungan. Siapakah yang bisa menjawab tantangan dan permasalahan ini? Kita lihat saja siap. Wallahu alam.ggal di l

                                                                                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar