Saya
ingin beranjak. Lalu apa sebab saya ingin memiliki anak secepatnya, bahkan
ketika saya masih duduk di bangku SMP sudah menginginkan hal tersebut? Karena saya
tahu secara sadar, bahwa mendidik anak itu bukanlah hal yang mudah. Saya mendapatkan
insight tersebut berdasarkan pengalaman yang saya alami sendiri. Bagaimana interaksi
saya dengan orang tua saya, dan juga interaksi teman-teman sebaya saya dan
lingkungan sekitar saya dengan orang tua dan orang lain. Saya sadar, semakin
maju sebuah peradaban, tidak bisa dipungkiri maka semakin sulit pula dan
semakin banyak tantangan dalam mendidik anak.
Bukan
pesimis, tapi saya adalah orang yang realistis, jika saya memiliki anak pada
usia yang sudah cukup lanjut menurut persepsi saya sendiri pada saat itu, maka
akan dibutuhkan energy yang besar untuk mendidik anak saya kelak. Usia yang
beranjak senja secara otomatis tingkat kebugaran dan kekuatan fisik akan
menurun. Faktor kebugaran dan kekuatan fisik memang bukan penentu utama
keberhasilan dalam mendidik seorang anak. Tapi ketika seseorang sudah mengalami
kelelahan fisik yang diakibatkan oleh menuanya tubuh, maka akan mempengaruhi
bagaimana tingkat pengelolaan emosi dan permasalah psikologis lainnya. Itu yang
saya yakini. Jadi saya berkesimpulan bahwa semakin muda usia ketika memiliki
anak maka akan semakin baik.
Hal
ini semakin diperdalam oleh pemahaman agama yang saya peroleh secara tidak
sengaja. Saya bukanlah orang yang sholihah sebagaimana mungkin dipersepsikan
oleh sebagian orang yang tidak mengenal masa lalu saya. Tapi saya juga tidak
sebejat apa yang dipikirkan orang-orang ketika seandainya saya mengucapkan hal
tersebut kepada orang yang baru pertama kali mengenal saya. Saya akui,
pemahaman agama saya terhadap agama yang saya yakini terbilang cukup untuk anak
seumur saya pada masanya. Lebih mungkin. Meskipun saya tidak juga secara sadar
menunaikan kewajiban sholat lima waktu sampai dengan tahun 2008. Namun di luar
keengganan dan sifat buruk saya tersebut, saya berusaha untuk terus belajar,
setidaknya saya cukup rajin untuk membaca buku-buku agama, hal yang sudah saya
lakukan sejak masih duduk di Sekolah Dasar. Saya tahu bahwa semakin menuju pada
akhir jaman, maka mendidik anak akan semakin sulit. Anak-anak akhir jaman,
memiliki ketertarikan yang lebih kuat pada dunia, dan tidak mementingkan
permasalahan akhirat. Mereka terancam lupa pada Tuhan dan RasulNya. Dan saya
tidak ingin anak dan cucu serta keturunan saya menjadi salah satu yang bernasip
demikian. Nauzubillah mindzalik.
Hal
tersebut yang mendasari keinginan saya untuk menikah cepat dan segera memiliki
momongan. Alhamdulillah, di tengah berbagai keterbatasan dan kelemahan yang
dimiliki orang tua saya, mereka memberikan izin, restu, doa, usaha dan
kepercayaan ketika saya menyatakan keinginan saya untuk menikah dengan suami
saya. Allah Swt Maha Mendengar dan Maha Tahu apa yang paling baik untuk
hambaNya. Termasuk pada diri saya. Tanpa terduga, Allah mendengar keinginan
masa kecil saya, dan mengabulkannya dengan cara yang sampai sekarang mungkin
selalu saya pikirkan dan saya syukuri. Apapun itu, Allah Yang Maha Baik
memberikan saya banyak rezeki meskipun masih kerap kali saya lalai kepadaNya. Tanpa
menunggu waktu yang lama, 9 bulan setelah saya menikah, saya telah memiliki
momongan. Anak yang insya Allah akan menjadi penyejuk mata dan menjadi orang
yang taat kepada Allah Swt dan Rasul Muhammad Saw. Dan saat ini di usia yang
kedua puluh lima tahun, Allah kembali mempercayakan mahluknya untuk berada
dalam rahim saya. Investasi saya. Ya anak-anakku adalah investasiku. Investasi dunia
akhirat. Sejauh mana saya bisa mendidiknya untuk menjadi seseorang yang
bermanfaat bagi ummat dan menjadi orang yang bertakwa itulah tantangan yang akan
dan harus saya hadapi. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kemudahan bagi
saya dan suami untuk membesarkan, mendidik dan merawat anak-anak kami dengan
penuh kesabaran dan rasa syukur. Amin ya rabbalalamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar