Sabtu, 05 Januari 2013

Anakku, Investasiku!




Ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, saya masih ingat benar bahwa saya sudah meniatkan diri saya untuk menikah cepat, dan yagn terpenting dari semua itu adalah, saya ingin memiliki anak secepat mungkin. Cepat yang tidak sembrono, cepat yang terencana dan terarah. Saya tidak mau anak saya kelak tumbuh menjadi anak yang tertekan dan merasa tidak beruntung, seperti perasaan yang saya rasakan ketika itu. Apa yang saya rasakan ketika saya masih anak-anak dan tumbuh dewasa tidak akan saya beberkan saat ini. Karena saya sedang tidak ingin berfokus pada pengalaman masa kecil saya, melainkan saya sedang ingin berfokus pada apa yang saya harapkan terjadi pada anak-anak saya kelak.

Saya ingin beranjak. Lalu apa sebab saya ingin memiliki anak secepatnya, bahkan ketika saya masih duduk di bangku SMP sudah menginginkan hal tersebut? Karena saya tahu secara sadar, bahwa mendidik anak itu bukanlah hal yang mudah. Saya mendapatkan insight tersebut berdasarkan pengalaman yang saya alami sendiri. Bagaimana interaksi saya dengan orang tua saya, dan juga interaksi teman-teman sebaya saya dan lingkungan sekitar saya dengan orang tua dan orang lain. Saya sadar, semakin maju sebuah peradaban, tidak bisa dipungkiri maka semakin sulit pula dan semakin banyak tantangan dalam mendidik anak.

Bukan pesimis, tapi saya adalah orang yang realistis, jika saya memiliki anak pada usia yang sudah cukup lanjut menurut persepsi saya sendiri pada saat itu, maka akan dibutuhkan energy yang besar untuk mendidik anak saya kelak. Usia yang beranjak senja secara otomatis tingkat kebugaran dan kekuatan fisik akan menurun. Faktor kebugaran dan kekuatan fisik memang bukan penentu utama keberhasilan dalam mendidik seorang anak. Tapi ketika seseorang sudah mengalami kelelahan fisik yang diakibatkan oleh menuanya tubuh, maka akan mempengaruhi bagaimana tingkat pengelolaan emosi dan permasalah psikologis lainnya. Itu yang saya yakini. Jadi saya berkesimpulan bahwa semakin muda usia ketika memiliki anak maka akan semakin baik.

Hal ini semakin diperdalam oleh pemahaman agama yang saya peroleh secara tidak sengaja. Saya bukanlah orang yang sholihah sebagaimana mungkin dipersepsikan oleh sebagian orang yang tidak mengenal masa lalu saya. Tapi saya juga tidak sebejat apa yang dipikirkan orang-orang ketika seandainya saya mengucapkan hal tersebut kepada orang yang baru pertama kali mengenal saya. Saya akui, pemahaman agama saya terhadap agama yang saya yakini terbilang cukup untuk anak seumur saya pada masanya. Lebih mungkin. Meskipun saya tidak juga secara sadar menunaikan kewajiban sholat lima waktu sampai dengan tahun 2008. Namun di luar keengganan dan sifat buruk saya tersebut, saya berusaha untuk terus belajar, setidaknya saya cukup rajin untuk membaca buku-buku agama, hal yang sudah saya lakukan sejak masih duduk di Sekolah Dasar. Saya tahu bahwa semakin menuju pada akhir jaman, maka mendidik anak akan semakin sulit. Anak-anak akhir jaman, memiliki ketertarikan yang lebih kuat pada dunia, dan tidak mementingkan permasalahan akhirat. Mereka terancam lupa pada Tuhan dan RasulNya. Dan saya tidak ingin anak dan cucu serta keturunan saya menjadi salah satu yang bernasip demikian. Nauzubillah mindzalik.

Hal tersebut yang mendasari keinginan saya untuk menikah cepat dan segera memiliki momongan. Alhamdulillah, di tengah berbagai keterbatasan dan kelemahan yang dimiliki orang tua saya, mereka memberikan izin, restu, doa, usaha dan kepercayaan ketika saya menyatakan keinginan saya untuk menikah dengan suami saya. Allah Swt Maha Mendengar dan Maha Tahu apa yang paling baik untuk hambaNya. Termasuk pada diri saya. Tanpa terduga, Allah mendengar keinginan masa kecil saya, dan mengabulkannya dengan cara yang sampai sekarang mungkin selalu saya pikirkan dan saya syukuri. Apapun itu, Allah Yang Maha Baik memberikan saya banyak rezeki meskipun masih kerap kali saya lalai kepadaNya. Tanpa menunggu waktu yang lama, 9 bulan setelah saya menikah, saya telah memiliki momongan. Anak yang insya Allah akan menjadi penyejuk mata dan menjadi orang yang taat kepada Allah Swt dan Rasul Muhammad Saw. Dan saat ini di usia yang kedua puluh lima tahun, Allah kembali mempercayakan mahluknya untuk berada dalam rahim saya. Investasi saya. Ya anak-anakku adalah investasiku. Investasi dunia akhirat. Sejauh mana saya bisa mendidiknya untuk menjadi seseorang yang bermanfaat bagi ummat dan menjadi orang yang bertakwa itulah tantangan yang akan dan harus saya hadapi. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kemudahan bagi saya dan suami untuk membesarkan, mendidik dan merawat anak-anak kami dengan penuh kesabaran dan rasa syukur. Amin ya rabbalalamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar