it's feel like a coming out process :)
alkisah, kakak ipar menawari saya untuk datang acara provider produk kecantikan dan kesehatan yang namanya sudah cukup familiat bagi saya selama beberapa waktu kebelakang. saya awalnya enggan. tapi karena saya sedang tidak ada acara dan anak-anakpun tidak sedang bersama saya, suami juga pergi, saya iyakan saja ajakannya. datanglah saya ke acara Fly In di akhir bulan Desember 2014. pada awalnya, saya merasa, waduh acara apa ini? kok orang pada jogat-joget gak jelas. saya itu paling malesssss sekali yang namanya disuruh jogat-joget. soalnya saya gak pinter. terakhir jogat-joget itu adalah waktu saya jadi peserta lomba senam SKJ waktu SD. kebayang kan betapa kaku dan tidak fleksibelnya badan saya? tapi saya nikmati sajalah.
nikmati saja. karena saya sangat suka mengobservasi. dan saya sangat suka bertemu orang-orang baru. meskipun di sisi lain, saya bukan tipikal "easy child". saya gak mudah lumer dalam waktu cepat dalam sebuah situasi baru. saya ini tipe diesel. dipanasinya agak lama. setelah acara hura-hura yang dikemudian hari baru saya sadari sebagai sebuah recognisi selesai, dimulailah materi-materi layaknya materi ketika kita mengikuti sebuah seminar motivasi. bedanya, seminar motivasi lebih banyak bicara pada tataran teori. teori bagaimana cara untuk jadi sukses dan the bla and the bla. dan saya bukan orang yang mudah untuk dirasuki oleh motivasi-motivasi eksternal macam jualan seminar motivasi yang biasa ada di pasaran. sorry to say. bahkan untuk sebuah hypnotherapi pun, kadang tidak bisa menembus alam bawah sadar saya. entah dinding pertahanan saya yang terlalu kuat, atau saya yang meremehkan orang yang mencoba menghipnosis saya.
whatever the words, tapi pada acara kali ini, saya yang sedang mengalami krisis merasa menemukan tempat yang pas untuk melakukan aktualisasi diri, mengupgrade diri, sekaligus melihat peluang dalam bentuk uang. krisis apa yang saya rasakan? saya merasa lack of leadeship. nonsense dengan semua pengalaman saya berorganisasi, karena ketika saya menjalani bisnis saya, ternyata saya tidak cukup pintar dan cerdas untuk memimpin orang lain. masih merasa bahwa semua harus dilakukan sendiri, sulit mendengarkan arahan orang lain, merasa bahwa tanpa sistem, semua tetap bisa jalan dan merasa nyaman dengan kondisi yang ada dan peer peer lain yang menyertai yang akhirnya mengantarkan saya pada suatu kondisi di mana usaha yang saya rintis berada pada kondisi stagnab bahkan cenderung menurun performanya. dan Alhamdulillah, ternyata alarm krisis saya masih berfungsi dengan baik, sehingga saya menjadi sadar, bahwa ada yang perlu diperbaiki dari dalam diri saya. sudah saatnya saya melakukan sesuatu. meski saya tidak tahu harus memulai dari mana. Terima kasih Allah, Engkau telah memberikan nalar yang masih dapat dipergunakan dengan baik hingga saat ini, sehingga saya masih bisa melakukan instrospeksi diri, bahwa saya masih memiliki peer yang selama ini saya tinggalkan, saya lari dari peer tersebut. menutup wajah dan berselimut di baik kondisi, "semua baik-baik saja".
Saya mendapatkan banyak insight dari acara yang berlangsung tidak sampai 6 jam tersebut. AHA moment jika mereka menyebutnya. betapa bahwa apa yang sudah saya pelajari, bahwa apa yang sudah lama saya resapi ketika kuliah, yang sudah berulang-ulang kali saya lafalkan dengan mulut saya, ternyata masih jauh dari pengaplikasian dari hidup saya. namun, saya menemukan bukti bahwa teori itu memang generalisasi dari suatu fakta. dan di acara tersebut, saya bertemu dengan banyak fakta. fakta bahwa orang sukses memang berkumpul dengan orang yang sukses. fakta bahwa dengan melakukan jurus ATM, kita bisa meniru kesuksesan orang lain, fakta bahwa self fullfilling properchies itu benar-benar ada, fakta bahwa filosofi "I THINK THEREFORE I AM" itu memang NYATA!! Saya sukses maka saya sukses. Saya kaya maka saya kaya. Saya seorang pemberani maka saya memang berani. kata-kata yang selama ini hanya menjadi lips service, ternyata harus dimaknai dan dihidupi bahwa itu benar-benar ada. tidak ada teori yang bisa berhasil dibuktikan, jika tidak dilakukan implemetasinya.
sepulang dari acara itu, saya merasa dan memiliki keyakinan kuat untuk bisa berada di dalam komunitas itu. saya utarakan niat tersebut pada suami saya. saya yang selama ini merasa bahwa sistem itu tidak penting, bahwa kita cukup untuk berada di sini, mulai terbangun dan tersadar, bahwa mimpi saya yang baru saya miliki setelah menikah, harus mulai diraih secepatnya, dengan cara mulai membangun sistem dan mempelajari sistem dari sebuah organisasi yang sudah ajeg dan memiliki komunitas yang memiliki berjuta-juta energi positif serta memiliki peluang yang besar untuk mengeruk keuntungan baik secara financial maupun sebagai tempat aktualisasi diri. suami yang mengenal bagaimana pribadi saya, ternyata memberikan respon positif atas keinginan saya tersebut. bahkan partner saya ini mulai memberikan arahan dan memberikan modal untuk saya memulai bergabung dengan komunitas ini. saya yang sangat sulit untuk diberikan arahan, tiba-tiba merasa perlu untuk belajar dan mendengar arahan orang lain. suami saya merasa bahwa jika itu adalah proses yang harus saya jalani, maka memang harus saya jalani. "kamu buktikan saja keyakinanmu, karena sejatinya kamu itu memiliki potensi untuk berkembang, dan sekarang tinggal kamunya aja. mau pakai potensinya atau tidak. semua balik ke mindset". YAP! semua kembali ke MIND SET. Alhamdulillah, ternyata semua lika-liku kehidupan yang saya hadapi menghantarkan saya pada orang-orang spesial yang memang tepat untuk mengisi segala kekurangan saya.
dan di akhir tulisan saya yang masih terasa random ini, izinkan saya untuk menyatakan secara gamblang, menyatakan dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan, bahwa Alhamdulillah, saya bertemu dengan banyak orang hebat yang bisa saya curi ilmu nya di NU SKIN. Alhamdulillah, saya tanpa ragu lagi menyatakan bahwa YES, saya merasa bahwa komunitas ini hebat, bahwa komunitas ini memacu saya untuk maju, bahwa komunitas ini bisa bermanfaat bagi banyak orang, bahwa dengan komunitas ini saya ingin mengungkit tidak hanya kemampuan financial saya tapi juga kapasitas dan kapabilitas saya, bahwa dengan komunitas ini, saya menemukan "rumah" saya yang lain, bahwa dengan komunitas ini, saya bisa memupuk banyak energi positif yang bisa saya bagikan pada banyak orang, bahwa dengan berada di komunitas ini, saya bisa memaksa diri saya untuk mengubah kebiasaan saya menjadi sebuah kebiasaan yang lebih produktif dan bermanfaat serta terstruktur, dan dengan berada di komunitas ini, saya bisa terus mendapatkan penguatan untuk terus selalu berpikir positif dan selalu menjadi orang yang menghidupi eksistensial saya di dunia ini. because I THINK THEREFORE I AM.
YES I CAN. YES WE CAN. Alhamdulillah, Thank you Allah Swt for make it happen in my life :)
behind the words, we already choose. choose to be a victim or to be a victor. to flight or to fight. and now, i choose to be a victor, and i'm gonna fight it. fight with my self.
karena sekarang, sudah saatnya keluar dari zona nyaman dan beralih menjadi orang yang lebih baik, terus berkembang dan bertumbuh :)
Sabtu, 24 Januari 2015
Rabu, 21 Januari 2015
Jangan tunggu keretanya pergi, tapi larilah..
Beberapa hari ini saya berusaha menyempatkan diri untuk
berkeliling ke rumah rekan ataupun sekedar bertemu di tempat tertentu yang
sudah disepakati sebelumya. Dalam perjalanan menuju tempat tersebut,
Alhamdulillah karena saya tidak memiliki kemampuan untuk mengendarai motor
ataupun mobil, maka pilihan moda trasnportasi saya jatuh pada kereta, bis
trasnjakarta, ojeg ataupun angkot.
Karena kebetulan tempat yang saya kunjungi dapat diakses
dengan kereta, maka moda trasnportasi yang saya gunakan adalah kereta. Aman,
cepat, mudah dan murah. Tapi bukan berarti naik kereta tidak dengan perjuangan.
Terlebih ketika waktu yang kita sepakti sudah dekat dan tidak ada alternative lain
selain kereta. Pernah suatu kali, saya harus berlarian, atau bahkan memanjat
tembok dengan posisi kereta berada di depan saya, demi naik ke dalam kereta itu
karena saya harus mengejar waktu agar saya tidak telat datang ke pertemuan yang
sudah saya sepakati waktunya. Tindakan yang cenderung tidak nyaman untuk kita
lakukan.
Kalau dipikir-pikir buat apa saya berlarian, kan cukup sms
atau whatsapp atau telp orang yang bersangkutan, bilang saja kita telat. Buat apa
saya harus manjat tembok, bak sedang berolahraga di gym, padahal kita bisa saja
tunggu keretanya lewat dan kita naik kereta selanjutnya?
Jawabannya, jika kita bisa berusaha lebih, jika kita bisa
mengoptimalkan kemampuan diri kita, kenapa kita harus menunggu lama untuk
mencapai tujuan kita?
Kalau akhirnya kereta yang seharusnya bisa kita naiki,
akhirnya sudah berangkat dan kereta yang berikutnya baru tiba 1 jam kemudian? Apakah
kita akan pasrah dengan keadaan?
Silogisme yang sama bisa kita gunakan dalam berbagai aspek
kehidupan kita. Apakah kita akan terus merasa bahwa kondisi Negara yang kacau
balau lah yang menjadikan kondisi keuangan kita menjadi kacau juga? Pakah kita
hanya bisa merutuki keadaan dengan melemparkan semua ketidakberuntungan kita
kepada pihak di luar diri kita?
Kenapa semua ini bisa terjadi? Apakah justru
sebenarnya, keadaan kita saat ini adalah karena kita terlalu nyaman ada di
tempat kita saat ini dan akhirnya kita terlambat mengambil kendali atas hidup
kita sendiri? Mengeluh tidak akan pernah membawa kita beranjak ke mana pun,
kecuali justru membuat kita jatuh ke dalam kerusakan hati yang akan sulit
diobati. Kehidupan ekonomi kita tidak akan pernah menjadi baik, jika kita tidak
berusaha sama sekali? Menyerahkan semua keadaan pada Tuhan saja? Bukankah Tuhan
tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika mereka pun tidak berusaha untuk
mengubahnya?
Sekarang, jawabannya ada di dalam relung hati kita
masing-masing. Ingin berada pada kereta dengan usaha yang jauh lebih keras disbanding
orang lain, atau cukup menjadi penonton dan membiarkan keretanya pergi bersama
dengan kesuksesan yang seharusnya sudah ada di depan mata.
Salam
Rina Puspitaningrum
Langganan:
Komentar (Atom)