Hari ini
sebetulnya mood buat nulis belum juga datang sampai
watu laptop menunjukkan pukul 19.19 WIB. Suami sedang getol sekali
memaksa saya
untuk menulis. Katanya biar Umar tertular untuk menulis. Tidak ada yang
salah
dari keinginan suami saya tersebut. Yang salah adalah rasa malas yang
dominan
melingkupi diri saya.
Tak usah berpanjang lebar,
sebenarnya banyak ide tentang
tulisan yang singgah di pikiran saya, tp mengingat tipikal acak abstrak
saya. Saya
memilih untuk fokus pada satu bahan tulisan. Tulisan ini didedikasikan
untuk
Umar, sang jagoan, investasi masa depan ummi yang ummi sayang dengan
seluruh
jiwa raga ummi. Ummi sayang Umar karena Allah, nak. Sungguh.
Umar
Ahmad Kautsar, jagoan saya dan suami yang lahir pada
hari Senin, 4 April 2011 melalui proses ceasar. Panjang ceritanya kalau
saya
harus menceritakan kembali dalam bentuk tulisan mengenai proses pra dan
selama
persalinan. Jadi saya memilih untuk tidak menguraikannya di sini. Saya
memilih
untuk menceritakan harapan saya kelak akan menjadi seperti apa Umar
ketika ia
dewasa.
Anak adalah eksperimen orang tua. Entah mengapa
saya
berpikir hal itu jauh sebelum Umar lahir. Saya dan suami bukanlah anak
yang
besar dalam keluarga yang tanpa konflik. konflik dalam rumah tangga
adalah
keniscayaan menurut pribadi saya. Entah itu konflik yang berdampak
positif
maupun yang berdampak negatif. Kami berdua, sebagai mahluk yang
berpikir, dapat
membedakan konflik mana saja yang berdampak positif dan negatif dalam
pola asuh
kedua orang tua kami. Kami tentu dengan senang hati mengadopsi
bentuk-bentuk
interaksi dan pola asuh yang sesuai dan benar di mata kami, dan tidak
memilih
yang tentu saja tidak sesuai dengan visi dan misi kami dalam berumah
tangga. Perpaduan
antara berbagai bentuk interaksi yang akan diterapkan kepada anak kami
inilah
yang saya sebut sebagai eksperimen. Jadilah Umar menjadi bahan
eksperimen saya
dan suami, dengan atau tanpa intensi sebelumnya.
Umar
sekarang sudah berusia 10 bulan 3 minggu. Sudah besar.
Wajahnya alhamdulillah rupawan. Tingkah
polahnya lucu dan menggemaskan. Doyan makan, meski sulit sekali
memasukkan
makanan ke dalam mulutnya yag menurut banyak orang indah. Umar dicintai
banyak
orang, karena ia adalah bayi yang sumeh kata orang Jawa, ramah
maksudnya. Kerap
dibilang mirip orang Arab, mancung, dengan warna kulit khas orang Timur
Tengah.
Apapun itu, Umar adalah anak yang ummi dan abi sayang.
Umar,
ketahuilah nak. Bahwa ummi dan abi ingin Umar menjadi
pribadi yang lebih segalanya dari ummi dan abi. Lebih sholeh, lebih
kuat, lebih
sehat, lebih pintar, lebih cerdas. Dan diatas semua itu, ummi sangat
berharap,
Umar bisa mencintai Allah dan Rasul Muhammad melebihi ummi dan abi.
Karena dengan
kecintaan kepada keduanya lah, Umar bisa hidup senang di dunia dan
akhirat, insya
Allah.
Ummi ingin, Umar bisa terus berpegang teguh pada
tali agama Allah, dalam
situasi dan kondisi apapun, karena ummi paham, semakin mendekati hari
kiamat,
akan makin banyak fitnah yang dapat menjerumuskan siapapun yang tidak
memiliki
aqidah yang kuat. Ummi tidak ingin Umar menjadi golongan yang demikian.
Ummi
ingin
Umar tumbuh menjadi orang yang bisa membedakan yang baik dan yang salah,
menjadi orang yang pandai bersabar dan bersyukur dalam setiap kondisi,
menjadi
orang yang istiqomah di jalan kebenaran, menjadi pemimpin yang amanah,
menjadi
suami yang setia, menjadi contoh yang baik bagi anak-anak Umar kelak.
Menjadi
orang
yang suka menolong orang lain. Tidak kikir dalam mengelola kekayaan
pribadi. Tidak
dibutakan oleh kekuasaan dan harta, apalagi wanita. Hormat kepada orang
tua,
dan selalu melakukan kebaikan dan ibadah dengan mengharapkan ridho Allah
Swt. Dan
jika keinginan ummi yang terakhir ini tidaklah terlalu muluk, ummi
ingin, ingin
sekali Umar bisa menjadi orang yang bisa menghafalkan dan mengamalkan
Al-Qur’an.
Ya menjadi seorang hafidz.
Umar, semoga Allah meridhoi
cita-cita ummi ini ya
nak. Ridho ummi selalu ada untuk Umar. Salam cinta dari ummi untuk Umar
dalam
untaian doa yang tidak pernah lepas dari kalam ummi untukmu nak.
Wallahualam
bishawab